Alasan-alasan yang memperbolehkan suami istri untuk bercerai menurut Islam
Perceraian bukanlah suatu hal yang disukai dalam Islam; bahkan perceraian merupakan hal yang dikecam oleh Islam kecuali oleh alasan yang sah. Rasulullah SAW bersabda, "Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian." Sehingga tidak ada seorang pun yang memahami agama Islam dapat dengan mudah menggampangkan perceraian terkecuali dalam situasi yang darurat dan tidak dapat dihindari lagi yang mana hal itu telah diatur dan disahkan menurut Islam.
Karena Islam mempertimbangkan pernikahan adalah sebuah akad/kontrak yang serius (mithaq ghalizh); dan merupakan tanggung jawab dari kedua belah pihak (suami isteri) untuk menjalankan akad/kontrak tersebut dengan selalu mengingat Allah SWT dan mencari ridho-Nya untuk menjalani kontrak tersebut dengan segenap kemampuan mereka.
Namun perceraian bukan ibarat sebuah pintu yang tertutup rapat; ada beberapa situasi dimana perceraian dapat menjadi satu-satunya pilihan. Berikut ini adalah beberapa alasan sah yang membolehkan seseorang bercerai menurut Islam:
1) Penyiksaan secara fisik, mental ataupun emosional; ketika seorang pasangan menjadi kasar secara fisik, menyiksa secara emosi atau mental dan ia tidak mau untuk berubah dengan mencoba untuk mengikuti terapi atau konseling maka hal itu adalah alasan yang sah untuk meminta cerai. Zulm (ketidakadilan) tidak dapat ditoleransi dalam Islam bagi siapapun yang melakukannya.
2) Bila perkawinan gagal memenuhi sasaran dan tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya; hal ini bisa terjadi karena ketidakcocokkan antara suami isteri; ketidakcocokkan yang terlihat dari tidak dapat didamaikannya kembali manakala terjadi perbedaan antara suami isteri akibat emosi, suka atau tidak suka akan suatu hal.
3) Pengkhianatan dalam rumah tangga; yang dapat menjadi sebab utama atas ketidakharmonisan dalam rumah tangga; karena rumah tangga dibangun atas dasar kepercayaan dan kejujuran; yang tujuan utamanya adalah menjaga kesucian dan kerendahan hati orang yang ada di dalam rumah tangga itu sendiri; sekali saja dasar rumah tangga itu sudah dirusak dan terkikis maka akan sangat sulit untuk mengembalikannya lagi dan saat itulah mungkin perceraian menjadi jalan keluar terakhir.
4) Ketika suami yang semestinya bertindak sebagai pencari nafkah dan menjadi kepala keluarga tapi gagal dalam mengemban tanggung jawab tersebut dan sang istri kemudian memutuskan bahwa ia sudah tidak sanggup lagi atas kelalaian suaminya yang tidak bertanggungjawab terhadap keluarga.
Namun sebelum memutuskan untuk bercerai ada dua cara yang layak dicoba yang bisa ditempuh oleh pasangan suami istri:
1)Mencari nasihat dari seseorang yang arif, bijaksana, berilmu, berpengalaman dan mencoba mencari pemecahan atas masalah yang dihadapi oleh suami istri dengan mempertimbangkan masukan serta nasihat dari orang tersebut;
2)Jika langkah diatas tidak berhasil maka kedua pasangan dianjurkan untuk mendatangi KUA (Kantor Urusan Agama); dimana di KUA kedua pasangan diharuskan memiliki pihak ketiga yang dapat mewakili kepentingan masing-masing pasangan. Mereka harus menyetujui keputusan yang nantinya akan disepakati.
Alasan untuk ini adalah bahwa seringkali manusia menjadi sibuk dengan urusan suka atau tidak suka mereka yang sementara sehingga mereka tidak bisa melihat kelemahan dan sifat-sifat buruk yang ada pada diri mereka sendiri. Maka dari itu mereka dianjurkan untuk mencari pengetahuan dan nasihat dari seseorang yang memiliki ilmu dan pengalaman, yang nantinya dapat membantu mereka memperkuat diri mereka sendiri untuk memperbaiki sifat dan prilaku mereka.
Semoga Allah SWT membantu kita dalam setiap urusan kita dengan penuh pengetahuan, pemahaman, kesungguhan dan keyakinan. Amin.
Referensi: Islam.ca
- roemasa's blog
- Add new comment
- 16286 reads
Comments
BAGAIMANA DGN SAYA???
saya sudah menikah hampir 5 thn, dan qodarullah kami blm dikaruniai anak.dlm hal ini, dr hsl pemeriksaan yg krg memang suami sy.sebenarnya sy bs menerima keadaan ini, tp suami sy tidak menyadarinya.tidak ada usaha utk memperbaiki keadaannya dgn obat atau apa.bahkan dia lbh srg tidur stlh subuh, pdhl byk org blg, salah 1 solusi adalah perbanyak olah raga.
selain itu, suami sy orangnya keras, wataknya tidak mau diberi saran bahkan dikritik.sy sudah berusaha mencari waktu yg pas, yg santai, untuk membicarakan berbagai hal penting, tp dia tidak pernah bs diajak bicara, hanya diam, memalingkan badan, bahkan ngeloyor pergi.hal ini sudah berlangsung berulang2.
sy terkadang sangat takut padanya.apalagi kalo ada hal yg ingin sy sampaikan, sy lebih sering urung untuk bicara dgnnya, sy pendam sndr.sebenarnya masalah ekonomi maupun blm adanya anak, tidak menjadi beban buat sy, tp yg paling membebani sy adalah sifat dan sikapnya itu.sy tidak tega untuk membicarakan hal ini kpd orang tua ataupun mertua, sy tidak ingin membebani mereka.
sering sy berpikir untuk bercerai sj, selagi blm ada anak dan sy blm terlanjur tua.sy sering meminta petunjuk pd Allah kalo memang jodoh kami sampai disini, sy minta ditunjukkan.
mohon sarannya...terimakasih
Bagaimana pendapatnya tentang masalah saya?
Saya sudah berumah tangga kurang lebih 3 tahun dan telah memiliki seorang anak lelaki berusia 1 tahun 3 bulan. Masalah saya d mulai dari kami pindah ke salah satu rumah kontrakan orang tua saya. Dimana suami saya tidak mau bersatu apalagi berbagi bersama dengan orangtua saya, yang pada kenyataannya anak saya diurus oleh orang tua saya karena sementara ini masih bekerja. Dia seperti tidak mau tahu dan tidak tahu terimakasih, untuk datang berkunjung satu bulan sekali saja tidak pernah, apalagi memberi sesuatu.
Untuk diketahui sebelumnya dia pernah tidak bekerja selama 7 bulan, dan semua biaya hidup saat itu ditopang oleh saya dan keluarga saya. Pernah suatu saat saking saya kesal saya mengusir suami saya, karena kelakuannya yang benar-benar tidak tahu diri tersebut dan memang dia pergi namun tiga hari kemudian dia kembali lagi. Namun sebelum kembali saya minta uang bulanan saya dengan anak saya, namun nyatanya dia tidak memenuhinya. terakhir belum lama ini, orangtua saya saking kesalnya, beliau mengusir suami saya dengan alasan tidak mengurusi dan cuek kepada anak dan istrinya dan juga tidak menghargai beliau dan suami saya pun kembali pergi.
Dan saat ini saya berusaha kalau bisa tidak sampai cerai, namun ternyata suami saya masih merasa tidak bersalah. sempat saya mengajukan syarat, artinya saya minta financial bulanan yang sbenarnya sama pengeluarannya dengan saya, namun dia beralasan mau memberikan tapi harus pisah dari orang tua saya. Jujur yang saya takutkan bila saya pisah, bagaimana nanti dengan anak saya, sedangkan dia tidak sayang dengan anak dan saya juga takut kalau sekarang saja masih dekat dengan keluarga saya saja saya dicuekin juga keluarga saya, bagaimana jika nanti pisah?
Please saya butuh jawaban secepatnya dan masukan agar saya tidak salah pilih.
terimakasih.
Kalo mnurut sy lbh baik
Kalo mnurut sy lbh baik brcerai saja.drpd trs mnrus spt tu.itu nmny lelaki yg g gentle g mau brtnggjwb n g mau brtrmaksh sm km n kluarga.cari aj laki2 lain yg lbh syang n prhatian sm km n kluargamu.mudah2n saranku brmnfaat.
Re: Bagaimana pendapatnya tentang masalah saya?
Kelihatannya terdapat beberapa rantai masalah dalam cerita Ibu.
Pertama:
Suami ibu yang kurang cocok dengan mertua
Kedua:
Orang tua ibu yang terlihat tidak 'sreg' dengan menantunya yang mereka nilai kurang becus menjadi kepala rumah tangga atau menjadi pemimpin dalam rumah tangga
Ketiga:
Ibu sendiri yang terlihat bingung harus lebih condong kemana. Apa harus condong ke orang tua sendiri yang tidak begitu 'sreg' sama suami ibu atau condong ke suami yang juga merasa kurang cocok dengan mertuanya.
Rantai masalah ini kemungkinan besar awalnya muncul dari sikap kurang komunikatif dari beberapa pihak yang ada.
Solusinya adalah:
Lakukan pendekatan yang persuatif baik kepada suami dan juga orang tua.
Ajak bicara suami dengan baik dan lembut. Caranya dengan mendengarkan terlebih dahulu apa yang selama ini membuat dia merasa kurang nyaman apabila dekat dengan orang tua ibu. Lakukan pembicaraan ini dalam kondisi dimana suami sedang dalam mood yang bagus.
Untuk orang tua ibu, ajak juga mereka untuk berbicara dan melihat pandangan mereka tentang menantunya seperti apa. Setelah mereka menjelaskan pandangan mereka sendiri tentang suami Ibu maka Ibu akan mendapatkan gambaran apa saja perbuatan suami yang dirasa kurang 'sreg' di mata mereka.
Hasil dari pembicaraan ibu dengan suami dan orang tua ini Ibu catat dalam pikiran dan sekarang bertindaklah selayaknya mediator. Ibu datangi suami untuk memberikan pengertian bahwa sebenarnya orang tua tidak ada bermaksud untuk tidak menyukai dia sepenuhnya. Katakan juga ke suami untuk menurunkan tensi dari konflik yang sedang terjadi dengan sedikit menurunkan emosi.
Sedang ke orang tua Ibu juga bisa mengatakan bahwa suami Ibu pun sebenarnya ingin bisa disukai dan hidup rukun dengan mertua nya. Sampaikan juga kepada orang tua untuk lebih melihat secara jauh bahwa menantunya bukanlah seorang yang 'memiliki nilai 10' jadi mungkin saja terdapat beberapa kekeliruan-kekeliruan yang ia perbuat dan untuk itu Ibu mohon kepada orang tua agar bisa menerima menantunya.
Ketika segala sesuatunya masih bisa diselesaikan dengan baik maka dicoba saja untuk menghubungkan semua pihak yang terlibat konflik. Ibu juga bisa meminta orang ketiga yang dianggap arif dan bijak dari kedua belah pihak untuk berbicara baik itu dari pihak orang tua maupun dari pihak suami.
Perceraian hendaknya menjadi alternatif terakhir setelah semua upaya untuk tetap bersatu gagal. Kedepankan hati dan mundurkan emosi :)
Semoga masalah yang Ibu hadapi bisa segera terselesaikan.
Selain itu jangan lupa untuk lebih diperbanyak lagi ibadah dan doanya kepada Allah SWT. Mohon secara khusus kepada Allah SWT agar hati ibu, hati kedua orang tua dan hati suami bisa tetap dijaga dan diturutkan hatinya menuju kepada ketaatan.
Allahumma ya musharriful qulub, sharrif quluubana 'ala tha'atika
Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, balikkanlah hati kami menuju kepada ketaatan
Mungkin bisa menuruti
Mungkin bisa menuruti kemauan suami terlebih dahulu untuk pisah dengan orang tua, jika masih berperilaku seperti itu, mungkin anda bisa menawarkan untuk berpisah.